Senin, 27 Oktober 2008

meruang

Adimas Kristiadi
NIM: 21081242

Pengalaman meruang saya di Pasar Tiban Kauman Yogyakarta:




Saat pertama saya tiba di depan gapura Kauman Yogyakarta, suasana meruang di sana terasa lapang tapi ada kesan terkukung oleh bangunan. Gang kecil yang menyerupai lorong terasa sepi namun bersih. Rumah – rumah tinggi yang berjejer di pinggir jalan selebar kurang lebih 2 meter membuat suasana rumit namun teratur rapih.
Lampu penerangan gang Kauman membuat suasana menjadi semakin sempit.














Namun saat saya berjalan mendekati Masjid Kauman yang berada di dalam gang tersebut, suasana menjadi berbeda dan jalan menjadi jauh lebih lapang. Jalan menjadi lebih lebar dan semakin lebar ketika berada di depan masjid. Mungkin itu dikarenakan jalan tersebut dipergunakan sebagai tempat berkumpul masayarakat.


Suasana berbeda juga ditemui saat saya masuk ke dalam Pasar Tiban. Jalan selebar kurang lebih 2 meter ini dipenuhi dengan berbagai dagangan makanan dan pembeli yang juga sibuk memilih berbagai jenis dagangan makanan tersebut. Ruangan yang semula terasa sempit menjadi terasa semakin sumpek. Lalu – lalang orang – orang disana membuat suasana menjadi rumit dan penuh sesak. Ditambah lagi adanya tenda yang dibuat sebagai peneduh membuat suasana menjadi seperti terperangkap.

Saat berada di penghujung gang Pasar Tiban, ruangan menjadi sedikit lebih lapang, mungkin dikarenakan supaya akses jalan masuk dan keluar menjadi lebih mudah. Namun, karena adanya ruangan lapang tersebut, ruangan itu dipergunakan oleh segerombolan pengemis. Pengemis tersebut berbaris rapi di salah satu sisi jalan. Itu membuat suasana menjadi sedikit lebih sesak.

Di mulut gang Pasar Tiban, terdapat banyak ruang lapang. Ada tempat duduk permanen yang terbuat dari semen di sisi kanan – kiri gapura. Tempat tersebut sangat nyaman untuk melepas lelah setelah berjalan – jalan mengelilingi kauman.

Itulah pengalaman meruang saya di Pasar Tiban Kauman Yogyakarta.

1 komentar: